8 Update Terkini Percepatan Dedolarisasi Secara Global, Indonesia Ikut Berperan

Posted by

Dalam beberapa tahun terakhir, dominasi dolar AS dalam ekonomi global mengalami banyak perubahan. Sejumlah negara mulai mencari alternatif untuk menghadapi ketergantungan pada dolar, dan ini semakin mempercepat tren dedolarisasi. Tren ini menggambarkan bagaimana dinamika geopolitik dan ekonomi memengaruhi aliran moneter global. Berikut adalah delapan tanda utama dari tren dedolarisasi yang sedang berlangsung, dengan Indonesia ikut berperan didalamnya.

1. Penurunan Dominasi Dolar dalam Cadangan Global

Selama dua dekade terakhir, dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan internasional telah mengalami penurunan signifikan. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), porsi dolar dalam cadangan devisa global mencapai titik terendah dalam 25 tahun terakhir, yaitu 58,8 persen pada kuartal pertama 2024, turun dari 73 persen pada tahun 2001. Meski dolar masih menjadi mata uang utama, penurunan ini menunjukkan pergeseran bertahap di mana bank sentral di seluruh dunia mulai mendiversifikasikan cadangan mereka untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu mata uang dominan.

2. Upaya Rusia dan China untuk Menghindari Dolar

Rusia dan China telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengurangi penggunaan dolar dalam transaksi internasional mereka. Tidak hanya menjadi respon terhadap sanksi ekonomi yang dijatuhkan, namun kedua negara ini juga meningkatkan perdagangan bilateral dalam mata uang mereka sendiri, yaitu yuan dan rubel. Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa 90 persen perdagangan dengan China kini dilakukan tanpa menggunakan dolar, sebuah langkah strategis yang mengurangi pengaruh ekonomi Amerika Serikat di wilayah tersebut.

3. Penurunan Kepemilikan Obligasi AS oleh Jepang

Jepang telah mengambil langkah konkret untuk mengurangi eksposurnya terhadap dolar AS dengan menjual $22 miliar dalam sekuritas Treasury AS pada Mei, menandai bulan kedua berturut-turut pengurangan kepemilikan. Langkah ini tidak hanya mencerminkan pencarian stabilitas dalam gejolak pasar, tetapi juga keinginan untuk diversifikasi cadangan devisa dari pengaruh ekonomi dolar AS.

4. Diversifikasi Ekonomi oleh Brasil, Argentina, India, dan Arab Saudi

Negara-negara seperti Brasil, Argentina, India, dan Arab Saudi tengah mengeksplorasi berbagai strategi untuk mendiversifikasikan sistem keuangan mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar. Langkah-langkah ini tidak hanya mencakup kerjasama perdagangan menggunakan mata uang lokal, tetapi juga investasi dalam aset-aset non-dolar, menawarkan ketahanan ekonomi yang lebih besar terhadap fluktuasi global yang didorong oleh kebijakan ekonomi AS.

5. Kesepakatan Swap Mata Uang Antara China dan Arab Saudi

Pada 2023, Tiongkok dan Arab Saudi menandatangani kesepakatan swap mata uang senilai sekitar 7 miliar dolar, yang memungkinkan perdagangan langsung dengan mata uang masing-masing negara. Kesepakatan ini menunjukkan kemajuan dalam upaya kedua negara untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang negara ketiga, memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam kebijakan ekonomi mereka serta perlindungan dari fluktuasi nilai tukar yang disebabkan oleh dolar.

6. Perdagangan Minyak Global dalam Mata Uang Non-Dolar

JPMorgan Chase melaporkan bahwa sekitar 20 persen perdagangan minyak global pada tahun 2023 dilakukan dalam mata uang selain dolar. Ini menunjukkan pergeseran signifikan dari norma sebelumnya, di mana hampir semua perdagangan minyak selalu menggunakan dolar. Pergeseran ini didorong oleh kebutuhan untuk mengurangi risiko dan dampak sanksi ekonomi di pasar minyak internasional.

7. Penjualan Obligasi AS oleh China

China telah meluncurkan langkah besar dengan menjual sejumlah besar obligasi AS, mencapai volume rekor pada kuartal pertama 2024. Penjualan ini mencerminkan usaha China untuk memindahkan cadangannya dari aset berbasis dolar, seiring meningkatnya ketegangan hubungan ekonomi dengan Amerika Serikat. Menurut Bloomberg, Beijing melepaskan lebih dari $53,3 miliar sekuritas AS, menunjukkan perubahan strategi cadangan mereka menuju aset yang lebih sesuai dengan kepentingan ekonomi strategis mereka.

8. Peningkatan Transaksi Mata Uang Lokal di Indonesia

Di tengah tren dedolarisasi global, Indonesia telah berperan aktif dengan mengimplementasikan Transaksi Mata Uang Lokal (LCT) dalam transaksi dagang dengan negara-negara mitra, seperti Korea Selatan. Hingga Agustus 2024, Bank Indonesia melaporkan bahwa nilai transaksi LCT meningkat drastis menjadi 6,4 miliar dolar AS, dibandingkan 4,3 miliar dolar AS pada periode yang sama tahun sebelumnya. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi risiko nilai tukar bagi pelaku usaha dan memperkuat stabilitas ekonomi domestik. Keberhasilan ini menunjukkan kepercayaan yang meningkat terhadap penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan internasional Indonesia.

Dengan perkembangan ini, tren dedolarisasi jelas mendapat momentum. Indonesia, melalui berbagai inisiatifnya, berperan dalam pergeseran ini, menetapkan aliansi strategis yang dapat membuka peluang ekonomi baru. Meskipun perubahan ini bersifat bertahap, potensi perubahan signifikan dalam sistem ekonomi global dapat diantisipasi di masa mendatang. Pelaku pasar dan investor diharapkan tetap waspada serta siap menyesuaikan strategi investasi mereka menghadapi perubahan tatanan moneter ini.

TERSEDIA JUGA:

rokokbet

rokokbet

rokokbet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *